Kepala BMKG: Perubahan Iklim Ancam Produktivitas Hasil Panen dan Tangkap Ikan

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim telah berada pada batas kondisi kritis yang akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

Berbagai kejadian ekstrem dan bencana hidrometeorologi mengakibatkan aktivitas pertanian dan perikanan semakin rentan terganggu, gagal dan bahkan mengancam produktivitas hasil panen dan tangkap ikan, serta mengancam keselamatan para petani dan nelayan.

Situasi ini dikhawatirkan mengancam terhadap ketahanan pangan dan dapat berakibat pula pada terganggunya kedaulatan pangan.

Dwikorita menegaskan BMKG siap mengawal dan memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

“BMKG akan terus berupaya meningkatkan layanan informasi cuaca dan iklim baik untuk kepentingan publik dan multisektor, serta untuk kepentingan pengguna secara khusus atau customised, guna mendorong peningkatan daya saing komoditas pertanian yang berkelanjutan,” kata Dwikora, Senin, 8 Agustus 2022.

Hal tersebut disampaikan Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) “Peran Info BMKG dalam Mendukung Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta, Senin.

8 Agustus 2022, sebagai rangkaian peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (HMKG) ke-75 yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan pejabat tinggi negara.

Dwikora berharap kedepan kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional dapat terus meningkat, melalui smart farming ataupun smart fishing yang memanfaatkan digital platform INFO BMKG.

Sejumlah jurus diterapkan BMKG, seperti penyiapan sumber daya manusia yang unggul, melalui berbagai program tugas belajar ke jenjang S3, juga training/pelatihan, magang atau internship.

Selain itu, penggunaan teknologi yang canggih dengan memanfaatkan satelit cuaca resolusi tinggi, radar cuaca, berbagai peralatan observasi terkini, yang dilengkapi dengan big data dan artificial intelegent (AI) dalam melakukan analitik, pemodelan, prakiraan, prediksi dan proyeksi.

Terakhir, dengan memanfaatkan media komunikasi multiplatform terkini.

Untuk menyebarluaskan informasi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami agar mudah dipahami dan diterapkan, BMKG terus menggalakkan edukasi dan literasi untuk masyarakat dan pengguna informasi tersebut.

Bahkan, secara berkelanjutan sejak tahun 2011 BMKG menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) agar petani dan tenaga penyuluh pertanian bisa memanfaatkan informasi dan prakiraan cuaca dengan baik serta mampu beradaptasi dengan situasi cuaca dan iklim kekinian.

“Dalam sepuluh tahun terakhir, pelaksanaan SLI telah menjangkau 451 lokasi di tingkat Kabupaten, di 33 Provinsi, serta telah melatih 16.000 peserta.

Alhamdulillah, dampaknya sudah terasa dimana produktivitas lahan rata-rata meningkat hingga 30 persen,” jelasnya.

Sedangkan di sektor kelautan dan perikanan, BMKG mengembangkan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan nelayan terhadap informasi cuaca maritim.

Sejak tahun 2016 – 2021, SLCN sendiri telahmemfasilitasi 10.118 peserta, di 159 lokasi yang tersebar di 33 Provinsi wilayah Indonesia.

“Pemahaman yang lebih baik terhadap informasi cuaca yang diintegrasikan dengan fishing ground membawa perubahan paradigma dari “mencari ikan” menjadi “menangkap ikan”, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan di laut akibat faktor cuaca,” kata Dwikora.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *