Mengenal Kabut Otak, Efek Samping Pasca Covid-19

Perhatian Otak akan secara aktif memproses informasi yang terjadi di lingkungan sekitar namun mengabaikan beberapa detail lainnya.

– Memori Penderita kabut otak akan kehilangan kemampuan untuk belajar, menyimpan, dan mengambil informasi.

– Fungsi eksekutif Penderitanya akan mendapatkan masalah yang mencakup keterampilan yang lebih kompleks seperti perencanaan, memusatkan perhatian, mengingat instruksi, dan menyulap banyak tugas.

Tak hanya karena Covid-19, kabut otak juga dapat dikaitkan dengan banyak alasan lain seperti kehamilan, menopause, pemulihan dari infeksi lain dan cedera kepala ringan.

Selain itu, kabut otak juga bisa disebabkan oleh stres kronis, perubahan hormonal atau ketidakseimbangan gula darah.

Mengutip dari laman CNA Lifestyle, Profesor Kamini Krishnan, seorang neuropsikolog mencatat bahwa kabut otak bisa terjadi akibat badai sitokin.

Hal ini karena selama infeksi, tubuh akan membanjiri aliran darah dengan protein inflamasi.

Sehingga dapat meningkatkan respons sistem kekebalan yang berlebihan yang dapat menyebabkan peradangan lebih lanjut pada organ-organ seperti otak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 3.000 orang dari 56 negara, timbulnya kabut otak terjadi pada sekitar 31 persen responden pada minggu pertama gejala Covid-19.

Kondisi ini memburuk selama tiga bulan pertama, memuncak pada hampir 67 persen pasien, sebelum menurun di bulan-bulan berikutnya.

Pada bulan ketujuh, sekitar 55 persen dari mereka mengalami disfungsi kognitif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *